“Bliss” bukan lagu pertama dari Muse yang membuat saya menyukai Muse. Tapi lagu ini merupakan representasi dari apa yang saya rasakan ketika saya masih ABG, sekitar 12 tahun lalu. Wow, saya sudah menikmati lagu ini selama 12 tahun, tanpa pernah bosan sedikit pun. Lagu ini berkisah tentang bersyukur menjadi diri sendiri walaupun kita merasa penuh kekurangan; “Everything about you is how I’d wanna be / your freedom comes naturally / everything about you resonates happiness / now I won’t settle for less”.
Kita kadang memang iri dan cemburu pada kelebihan orang lain; “Everything about you pains my envying”, tapi sisi lain kita harus tetap menghargai orang lain; your soul can’t hate anything / everything about you is so easy to love / they’re watching you from above”.
Sedangkan lagu pertama dari Muse yang saya dengar adalah lagu pasaran “Unintended”. Ketika itu awal tahun 2003 di MTV Indonesia, tanpa sengaja saya menonton video Unintended dan pikiran terpaku di angkasa mendengar vokal Matt Bellamy yang terdengar melankolis penuh emosi mendalam sekali dengan nuansa musik yang berbeda dari musisi-musisi lain. Bahkan hingga saat ini, tidak ada yang seperti Muse. Padahal musik Barat itu adalah musik pinggiran, jika dibandingkan dengan musik-musik timur yang dalam.